Selasa, 23 September 2014

Fungsi Bedong pada Bayi

Bedong (Swaddling) adalah cara membungkus bayi dengan selimut yang bertujuan untuk memberikan rasa hangat dan nyaman. Sebenarnya, membedong atau swaddling sudah dilakukan sejak lama oleh orangtua-orangtua kita dulu. Di banyak daerah di kawasan asia, membedong bayi baru lahir merupakan tradisi turun temurun, bahkan diselimuti hal-hal mistis seperti untuk melindungi bayi dari gangguan roh jahat. Saat ini, dunia kedokteran pun sudah membuktikan manfaat bedong bagi bayi.
Isu tersebut bukanlah sekedar isapan jempol. Ada banyak mitos seputar bedong yang kemudian menggiring para orangtua hingga membuat kesalahan-kesalahan fatal dalam proses membedong. Salah satu yang paling sering didengar adalah bahwa membedong penting untuk meluruskan kaki bayi, sehingga saat ia besar nanti kakinya tidak bengkok. Padahal, kaki bengkok pada bayi baru lahir adalah wajar. Mengingat selama di dalam rahim, ia seringkali berada pada posisi meringkuk, terutama di bulan-bulan terakhir ketika ruang di dalam rahim tak lagi luas bagi tubuhnya yang kian membesar. Kaki yang bengkok ini perlahan-lahan akan lurus dengan sendirinya seiring ia bertambah dewasa.
Mitos tersebut akhirnya membuat bayi-bayi dibedong dengan sangat ketat hingga tak bisa bergerak. Padahal bedong yang terlalu ketat meningkatkan resiko SIDS atau Sudden Infant Death Sindrom pada bayi. Karena bedong yang terlalu ketat membuat proses bernapas bayi terganggu. Selain itu, perkembangan motorik bayi juga bisa terhambat mengingat ia terikat hingga tidak dapat bergerak. Membedong dengan memaksa kaki bayi lurus juga beresiko bayi menderita hip dysplasia atau keadaan di mana formasi soket panggul bayi tidak normal.
Namun, selama bedong bayi tidak mengikatnya dengan ketat, melainkan hanya membungkusnya agar hangat, bedong memiliki banyak manfaat.
Selain pelukan, bedong adalah ‘replika’ yang paling mampu memberikan suasana mirip dengan saat ia masih di dalam rahim ibu. Di bulan pertama kehadirannya di dunia, bayi masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, maka tak heran kalau bayi cenderung rewel. Dengan bedong, bayi mendapatkan perasaan hangat, terlindungi dan terdekap layaknya di dalam rahim ibu. Bedong juga membantu bayi agar tidak terganggu dengan startle/moro reflex nya sendiri (reflek menghentakkan seluruh badan seperti sedang kaget). Dengan bedong, bayi juga tidak dapat mencakar mukanya, sesuatu yang sering kali dilakukan bayi baru lahir karena belum mampu mengendalikan anggota tubuhnya. Karena itu bedong membantu bayi lebih tenang, lebih mudah tertidur, dan tidurnya pun menjadi lebih nyenyak.
Tetapi perlu diingat, tidak semua bayi senang dibedong. Jika bayi Anda malah rewel ketika dibedong, jangan dipaksakan. Bedong bertujuan untuk memberi kenyamanan, jika bayi tidak merasa nyaman, maka bedong menjadi tidak perlu. Saat cuaca panas juga sangat tidak disarankan untuk membedong bayi. Keadaan overheat bagi bayi bisa mengganggu sistem pernapasannya.
Tak selamanya pula bayi butuh dibedong. Biasanya para orangtua berhenti membedong bayi di usia 1-2 bulan. Pada usia tersebut, bayi mulai banyak bergerak, dan bedong bisa menggangu gerakannya. Beberapa bayi juga mulai berguling ke samping di usia 2 bulan. Berguling dalam posisi masih dibedong akan sangat berbahaya bagi bayi.
Bayi yang sudah tidak mengalami startle/moro reflex juga sudah tak perlu dibedong. Itu menandakan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penelitian juga menyebutkan bahwa membedong bayi di usia dua bulan ke atas tidak memberikan manfaat signifikan untuk meredakan tangisnya.
Tetapi, di sisi lain, ada beberapa bayi yang justru menjadi kecanduan bedong dan sulit tidur tanpa dibedong. Seiring usianya bertambah besar, longgarkan bedongnya, hingga perlahan-lahan benar-benar longgar dan bisa berhenti digunakan tanpa ia sadari.

Sumber : http://mybabybtw.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar